Kamis, 17 November 2011

The Urban Struggle

kerumunan itu bukan pasar, bukan pula pertunjukan.... itu adalah sebuah rutinitas harian di stasiun kereta di daerah penyangga Jakarta (wilayah Bogor, Depok, Bekasi dan Tangerang)... ya rutinitas sebuah stasiun dan rutinitas harian yang dijalani oleh para penglaju yang tinggal di wilayah2 penyangga jakarta untuk mencari kehidupan di Jakarta


STASIUN...........
Stasiun bukan hanya tempat berhenti kereta, stasiun adalah gantungan harapan banyak insan, stasiun pula awal dari hari-hari yang entah itu indah, penat, penuh perjuangan, melelahkan atau hari yang tidak akan pernah dilupakan dimulai.... dan dari stasiun lah awal dari banyak kisah dimulai...

Setiap pagi, para penglaju yang jumlahnya sangat banyak itu... mereka dengan sabar menunggu datangnya kereta yang akan membawa mereka ke aktivitas yang mereka jalani di Ibu kota.

Kaum Urban, Sang Pejuang ..........
Setelah menunggu dengan penuh kesabaran... oh tidak selalu dengan ksabaran ya... tidak jarang penantian tersebut juga dengan harap-harap cemas, gelisah, marah atau ada yang menghadapi dengan biasa, santai bahkan karena saking terbiasanya... tetap ada senyum dalam kerumunan dan kesesakan manusia-manusia hebat yang disebut penglaju tersebut.

Setelah kereta yang dinantikan tiba... ternyata kondisi kereta tidak seperti yang diangankan.. ternyata perjuangan baru saja dimulai.... kereta yang datang telah penuh sesak oleh penglaju juga... penglaju yang naik dari stasiun sebelumnya... mungkin cuman penglaju yang naik dari stasiun pertama aja ya yang bisa dikatakan beruntung.. masih bisa masuk dan terangkut.

Mereka harus sebisa mungkin untuk cekatan saat naik kereta sembari berburu waktu guna memberi kesempatan beberapa penumpang yang turun.. karna kereta hanya berhenti dalam hitungan detik. saling berebut, saling sikut, dorong sana-sini.. maksa geser, maksa gelantungan di pintu, biasa..... bahkan banyak yang terbiasa pula bergelantungan di ujung kereta dan langsung naek ke lantai dua begitu kereta yang dinantikan berhenti... mungkin yang tidak terbiasa adalah ketika kereta yang datang penuh, dan memilih untuk menunggu kereta di belakangnya dengan harapan lebih longgar... hal tersebut aneh, karena kereta di belakangnya juga akan sama-sama penuh..... kalo nunggu longgar ya, bisa-bisa telat dunk, hehehe.... 
Tak lama kemudian kereta pun melaju, membawa para kaum urban menuju ibu kota... namun perjuangan tidak berhenti di situ, setiap melintasi stasiun demi stasiun... para penglaju terus bertambah dan semakin menjejali kereta yang sudah penuh sesak tersebut... terhimpit, sesak, panas, pengap, berbagi tempat kaki berpijak atau berbagi dan berebut tempat pegangan tangan... sudah biasa... itu bukan halangan bagi kaum urban untuk berjuang. 


Kereta yang padat tersebut melaju dengan gagah melintasi wilayah-wilayah sekitarnya, entah pasar, jalan raya atau pemukiman kumuh. yang berhenti di setiap stasiun untuk menurunkan sang pejuang dan memberi kesempatan pejuang-pejuang lainnya. kepadatan kereta mulai berangsur-angsur berkurang ketika telah memasuki stasiun-stasiun di wilayah Jakarta yang menjadi destinasi kaum penglaju. tapi beberapa masih padat hingga stasiun pemberhentian terakhir untuk sebuah rute; entah itu jakarta Kota atau Tanah Abang.

Setelah beraktivitas dan bermaksud untuk kembali ke tanah urban, istana tinggal yang jauh dari ibu kota.. perjuangan kembali dimulai... langkah-langkah lelah itu mulai berduyun-duyun mendatangi Stasiun, ya untuk pulang dan berkumpul kembali dengan keluarga tercinta dengan kembali menggunakan kereta.

Cerita kesabaran dan penantian yang baru saja terjadi pagi tadi terulang kembali... penantian dalam gembira, sedih, lelah, penat, kesal, hampa atau merasa berhasil, lega bahkan senyum-senyum ikhlas sangat terlihat dari wajah-wajah lelah yang beberapa juga menyemburkan asap dari mulut mereka. Ya.. mereka semua dalam posisi dan situasi yang sama... dalam penantian kereta yang akan membawa mereka pulang.
Dan... lagi-lagi perjuangan untuk sekedar pulang pun sama persis dengan perjuangan di pagi hari... sang harapan telah terpenuhi dengan insan-insan yang juga mempunyai harapan untuk bisa segera kembali ke biduknya... kembali saling sikut, dorong, bergelantungan dan kembali memanjat kereta dalam lelah.... dan dipayungi langit senja, bukan hal aneh.... bukan hal yang berat... itu adalah keseharian. Mereka tidak menyalahkan siapapun karena itu, mereka hanya  bermaksud untuk kembali ke biduknya, ya mereka adalah orang-orang kuat yang mempunyai tekad besar yang didasari harapan -yang mungkin  bagi sebagian orang sederhana-, tapi bagi mereka harapan itu adalah harapan kehidupan.

Dan ketika sampai di stasiun tujuan.. barulah kisah sebuah hari telah selesai... kisah perjuangan demi kehidupan, yang bahkan perjuangan demi hidup dan kehidupan itu telah menyerempet pada batas yang sangat tipis antara kehidupan dan kematian.. di stasiun itulah wajah-wajah lelah yang penat, pusing, sedih, gembira semua terbaur dan terburai..

Kalian adalah orang-orang yang hebat, wahai kaum urban, kaum penglaju..... kalian adalah orang-orang yang mempunyai tekad kuat, semangat yang besar di tengah segala keterbatasan yang ada... mungkin cerita hari ini telah usai dan tinggal menjadi bahan pembicaraan yang sekedar diceritakan..... 

Selamat beristirahat dan berkumpul dengan handai taulan, dan selamat berjuang untuk kisah dan Kehidupan esok hari..........

Ps => Memang tidak semua penglaju dan semua KRL seperti yang saya gambarkan... banyak pula kondisi penglaju dan KRL yang lebih baik... namun bagi saya, penglaju KRL ekonomi lebih menarik. karena penglaju ekonomi dengan segala ke khasannya mencerminkan sebuah harapan, sebuah tekad dan sebuah semangat yang begitu besarnya... yang mungkin semangat seperti itu, kami pun saat ini tidak memiliki. Mereka dengan segala keterbatasannya adalah inspirasi yang nyata, yang ada di depan kita
Terakhir, kalao ada yang ngerasa punya gambar. Saya mohon izin untuk menggunakannya, trims

Tidak ada komentar:

Posting Komentar